Gugus Menur Kecamatan Wonogiri

Gugus Menur Kecamatan Wonogiri menyelenggarakan Kegiatan Seminar Komunitas Belajar membahas tentang “Projek P5 Pembuatan Batik Ciprat” secara luring di SD Negeri 1 Mento pada Rabu (21/2/2024). Kegiatan ini diikuti oleh guru kelas segugus Menur di Kecamatan Wonogiri. Tujuan diselenggarakan seminar ini adalah agar para guru dapat mempraktikkan secara langsung pembuatan batik ciprat dan dapat dipraktekkan kembali di sekolah masing-masing. Kegiatan dibuka oleh ketua Gugus Menur, Saryono, S.Pd., dari SDN 1 Mento pada pukul 09.00 WIB. Selanjutnya, kegiatan dipandu oleh host Sri Untari, S.Pd., dari SDN 1 Wonoharjo dengan penyampaian informasi dan materi oleh narasumber Suratmi, S.Pd. dari SDN 1 Wonokerto. Narasumber menyampaikan materi terkait Pembuatan Batik Ciprat.

Narasumber menyampaikan bahwa batik diakui sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Seiring perjalanan waktu, banyak perajin batik berinovasi. Karena keindahan Batik, warisan budaya ini juga dikagumi dan telah diakui oleh dunia. Sejarah Batik sudah ada sejak zaman dahulu, dan seiring berjalannya waktu, semakin banyak perkembangan kreasi yang datang dari berbagai daerah. Batik yang dulunya dibuat menggunakan canting, pada masa kini berkembang mengikuti kreativitas dan potensi yang ada, sehingga Batik pun dapat dibuat menggunakan media lain. Salah satunya batik Ciprat.
Dari kekayaan batik Indonesia, jenis batik satu ini berbeda dan unik. Namanya batik Ciprat. Sesuai namanya, cara membuat batik ini dilakukan dengan menciprat-cipratkan larutan malam (bahan untuk menggambar kain batik). Malam dicipratkan menggunakan tangan, sendok, dan kuas atau lidi. Sehingga dalam pembuatannya dilakukan dengan teknik jumputan dan teknik colet atau kuas.
Perbedaan batik ciprat dengan batik yang lain adalah warnanya yang mencolok. Selain itu, motifnya berbeda dengan batik pada umumnya. Yaitu, bintik-bintik. Batik ini dibuat dari kain katun. Seperti batik pada umumnya, proses pembuatan batik juga menggunakan remasol, mewarnai dengan waterglass, kemudian direbus, dan dijemur.

Percobaan ini dilakukan diatas kain katun. Meski tidak sempurna dan memiliki berbagai keterbatasan, diharapkan dengan peningkatan ketrampilan menghasilkan karya batik yang diminati oleh masyarakat. Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut: kain katun, pewarna kain, malam, air,water glass, kompor, baskom untuk merebus batik untuk menghilangkan cipratan malam, ember untuk mencuci batik ciprat dan untuk mencampur pewarna kain dengan air, tali rafia untuk membentangkan kain, kua, dan peniti secukupnya.

Tahap pembuatan batik ciprat, antara lain: (1) membentangkan tali rafia bertujuan untuk membentang kain kain berukuran sekaligus untuk membuat motif batik ciprat, memberikan warna sesuai yang diinginkan dan sebagai tempat mengeringkan diterik matahari sampai betul-betul kering. Dengan membentangkan tali rafia ini memudahkan dalam menjemur dan memindahkan batik ciprat yang belum kering bisa digeser pada tempat yang lebih panas, (2) bahan malam direbus sampai melelah, banyaknya malam tergantung dengan kebutuhan. Malam yang sudah mencair akan dicipratkan ke kain putih. Cipratan yang merata pada kain digunakan untuk menghalangi pewarna yang akan dikuaskan ke kain putih, apabila kain dicuci malam akan meleleh dan hilang dan ini dapat menjadikan seni batik ciprat menjadi lebih menarik. Cipratan dilakukan secara merata diatas kain, semakin banyak cipatran akan membuat motif batik semakin menarik, (3) siapkan pewarna kain (warna hijau) yang sudah dicampur dengan air, dengan bantuan kuas lukis akan membuat berbagai bentuk motif di kain putih, motif ini bisa berbentuk abstrak atau berbentuk sesuai keinginan dari pembuat batik ciprat, (4) siapkan water glass ke dalam magkuk dan oleskan ke seluruh kain sampai merata. Olesan dengan water glass dapat menggunakan kuas cat dengan ukuran yang cukup besar, agar pengerjaan ini cepat selesai. Olesan water glass ini sebaiknya menunggu sampai motif pewarna kain batik kering. Tujuan olesan water glass yaitu supaya motif dan seluruh warna batik terlindungi, sehingga warna tidak pudar oleah sinar matahari dan nantinya setelah dijadikan pakaian warna tetap tidak berubah atau tidak memudar, (5) kain yang sudah ada bentuk motif warna dan sudah di oles dengan water glass, langkah selanjutnya dijemur dibawah terik sinar matahari. Proses penjemuran ini harus dipastikan bahwa kain benarbenar kering. Hasil dari penjemuran ini kain menjadi kaku atau tidak bisa dilipat, kain yang kaku karena adanya olesan water glass yang sudah mengering, (6) siapkan ember besar yang sudah cukup terisi air dan masukkan kain yang kaku supaya menjadi lemas kembali. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang agar pewarna kain luluh atau larut dengan air, (7) siapkan baskom yang terisi air yang sudah mendidih dan masukkan kain ke dalam air mendidih tersebut, yang tujuannya untuk menghilangkan malam yang masih menempel pada kain batik, (8) kain batik yang sudah direbus bisa dicuci kembali dengan air biasa berulang-ulang sampai air tersebut jernih. Proses pencucian tidak perlu menggunakan sabun cucian, cukup dengan air yang mengalir. Setelah dirasakan cukup kain batik dikeringkan dengan cara di dijemur.

Semangat dan antusias peserta seminar terlihat dari banyaknya peserta yang hadir dan banyaknya peserta yang bertanya. Acara ditutup oleh pembawa acara, beliau menyampaikan harapan agar semua anggota seminar dapat mengaplikasikan pembuatan batik ciprat di sekolah masing-masing. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para anggota seminar yang telah mengikuti kegiatan dengan sangat antusias.